Jumat, 13 Juli 2012

SEGERA TERBIT! Dalam buku ini, Hasan Aspahani telah mengembangkan lebih lanjut usaha untuk memasukkan berbagai jenis teks ke dalam sajak-sajak yang disusunnya, suatu usaha yang berhasil memberi ruang lebih luas bagi kita untuk ikut 'bermain-main' dengan teks-teks yang disisipkannya sehingga masing-masing kita bisa sampai ke makna yang tidak hanya berbeda-beda, tetapi juga lebih dalam jangkauannya. - Sapardi Djoko Damono 1 NOVEMBER 2010 [ Dongeng Kopi #002 ] Lagu yang Hanya Kau yang Mendengar DIA, Roy Croft namanya, adalah penyair misterius. Mungkin dia tidak pernah ada. Orang menebak-nebak saja bahwa ia pernah hidup antara 1905-1980. Bait-bait sajaknya selalu - ya, hampir selalu hadir - dalam khotbah pemberkatan pernikahan. Kalau kau mendengar pendeta berkata: "Aku mencintaimu bukan karena siapa engkau, tapi karena siapa aku ketika aku bersama engkau!" - itu adalah petikan sajak Roy Croft. Juga kalau kau mendengar kalimat: Kau tidak mencintai seseorang karena wajahnya, atau karena pakaiannya, atau karena mobil mewahnya, tapi karena dia menyanyikan lagu yang hanya kau yang bisa mendengarkannya." Hmm, aku sedang mendengarkan lagu dari segelas kopi. Ah, ya, aku juga sedang bernyanyi, mengikuti lagu itu! Kau dengarkah? [] @ hasan aspahani di 7:57:00 AM Label: dongengkopi Reaksi: 31 OKTOBER 2010 [ Dongeng Kopi # 001] Bodoh Bersama Cinta SAYA kira, penyair Prancis yang lahir pada 1871, itu benar-benar benar, Kawan. Cinta itu, kata Paul Valery, adalah semacam kesepakatan untuk menjadi bodoh bersama-sama. Bodoh? Mungkin yang ia maksud adalah menyingkirkan dulu logika. Bukankah memang itu yang terjadi ketika kita jatuh cinta? Bukankah ketika kita jatuh cinta, kita kerap jadi orang yang berakal pendek? Bukankah banyak tokoh - kita bisa membacanya dalam berbagai kisah - terberanikan oleh tenaga cintanya? Saya mau buat kesimpulan sendiri, dan kau boleh tidak setuju, Kawan. Begini: Ketika kau jatuh cinta, kau mencintai seseorang, dan kau masih bisa memberdayakan logika akalmu, maka kukira kau belum benar-benar mencintai dia. Aku akan meragukan cintamu itu, Kawan. Ha ha ha. Ayo, tambah kopimu![] @ hasan aspahani di 9:54:00 AM Label: dongengkopi Reaksi: 27 OKTOBER 2010 Aku Belum Tua

JIKA nanti 70 tahun umurku, aku belum tua. Itu artinya ada dua orang lelaki di dalam tubuhku, yang masing-masing 35 tahun usianya. Ya, aku belum tua. Rasanya baru saja, melihat anak muda tamat SMP, tak bisa sekolah ke SMA, lalu jadi pemanjat dan pemikul buah pinang. Rasanya baru saja, nasib baik menjemput dan tangan yang baik mengulurkan bantuan. Rasanya, ya, baru saja. Aku merasa, aku belum lagi tua. Ya, aku belum tua, aku mau menghaturkan bakti pada guru-guru yang besar jasanya, yang mengajari kaki-kaki ini berjalan dan berlari, mengajari hati teguh dan kukuh menuju ke jalan terang ini, ke bentang waktu kini, yang mengajari tangan melipat amplop dinas dari kertas bekas di kantor kecamatan! Ya, aku merasa, aku belum lagi tua. * Jika nanti 80 tahun umurku, aku belum tua. Itu artinya ada empat orang lelaki di dalam tubuhku, yang masing-masing 20 tahun usianya. Itu sebabnya, aku merasa, aku belum akan tua. Empat orang lelaki muda, yang sudah ribuan kali berenang menyeberangi sungai, menaklukkan teluk, memanjat ratusan batang pinang, dan berlayar tanpa tiket di kapal yang membawa ke kampus di seberang, kucing-kucingan dengan petugas kelasi, seperti hidup yang harus disiasati, tahu mana buritan dan haluan, dan aku sudah tahu jawaban cerdik atas setiap pertanyaan yang diajukan, "Kau mau kemana? Kau akan sekuat dan sejauh apa berjalan?" Dan aku melihat sabut kulit kelapa, hanyut dan sampai juga akhirnya. Ini bukan kepasrahan, ini adalah keselarasan, memahami arus sungai dan gerak gelombang! Ah, akulah itu, empat orang muda, dengan gairah nyala, dan aku merasa belum akan tua. * Jika nanti 90 tahun umurku, aku belum tua. Itu artinya, ada sembilan anak usia 10 tahun, di halaman sekolah kehidupan, riang bermain, sepanjang hari, memutar gasing di bumi, dan mengulur layang-layang ke langit yang tinggi. @ hasan aspahani di 1:23:00 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar